BISMILLAHIRAHMANIRAHIM

Animasi

Selasa, 31 Januari 2012

Ketika Sebuah Kebaikan Harus Berbalas

Pagi ini kepala agak pusing karena malam tidur terlalu larut (jam 2 malam), padahal sebelumnya sudah menentukan resolusi agar tidur lebih awal. Sebelum beranjak kepada kode-kode di komputer yang akan membuat kepala ini berkerut saya sempatkan untuk menuangkan pikiran-pikiran yang ada dalam benak di pagi ini. Judul diatas saya ambil untuk mengkritisi budaya materialistis di tengah-tengah masyarakat yang telah menjadi akidah utama di sebagian kalangan. Kita tentunya sudah tidak aneh dengan pernyataan-pernyataan “ngapain kamu nolongin dia? kan dia orangnya rese, gak ada untungnya juga nolongin dia”, atau dengan pernyataan “emang kamu pernah nolong saya? ngapain saya tolong kamu” dan kalimat-kalimat sejenisnya yang mengungkapkan konsep harus adanya ‘timbal-balik’ dalam tolong menolong. Mungkin pernyataan-pernyataan diatas terlalu ekstrim, tetapi kita bisa tarik kedalam hal yang lebih halus. Setiap kebaikan dalam masyarakat ini kadang terlalu dikorelasikan dengan sebuah hubungan “saling menguntungkan”, seperti pernyataan “maaf sudah merepotkan, ini uang untuk sekedarnya”. Tidak salah memang, tetapi yang saya garis bawahi disini adalah kecenderungan masyarakat untuk menilai segalanya dari hubungan “kemanfaatan”. Ketika ada suatu permintaan untuk “merepotkan” orang lain, identik dengan balasan tertentu. Padahal bagi seorang muslim hal itu harusnya dilakukan karena keinginannya untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Huraira RA, Nabi SAW bersabda, ”Barangsiapa melepaskan seorang Mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesulitan dari dirinya di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan (Mukmin) yang sulit, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.” Inti yang ingin saya sampaikan adalah, seharusnya ketika seorang muslim “direpotkan” oleh permintaan-permintaan orang lain, jangan sampai ada perrasaan merugi telah mengorbankan waktu dan tenaganya untuk memenuhi permintaan itu.

Tidak ada komentar: